TUJUAN PENDIDIKAN ORANG DEWASA UNTUK PENCAPAIAN
AKTUALISASI DIRI (Individual Self Actualization)
A.
Pengertian
Aktualisasi Diri
1.Aktualisasi diri menurut Maslow adalah Penggunaan dan pemanfaatan secara
penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi, dsb. Orang semacam itu
memenuhi dirinya dan melakukan yang terbaik yang dapat dilakukannya. Dalam
istilah lain menunjuk pada keinginan orang akan perwujudan diri, yakni pada
kecenderungannya untuk mewujudkan dirinya sesuai kemampuannya. Kecenderungan
ini dapat diungkapkan sebagai keinginan untuk makin lama makin istimewa, untuk
menjadi apa saja menurut kemampuannya.
2.Teori Aktualisasi Diri Abraham Harold Maslow
Pengertian” aktualisasi
diri ”( self actualization ) yang penulis bahas pada kesempatan kali ini adalah
murodif dengan term “realisasi diri “ (self realization ) yang masing – masing
mempunyai pengertian yang mengacu kepada pemenuhan pengembangan diri atas
potensi dan kapasitas sendiri.
“Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya”.
Pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan dan
menggunakan kemampuan, oleh Maslow disebut aktualisasi diri, merupakan salah
satu aspek penting teorinya tentang motivasi pada manusia. Lebih lanjut
aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya
sendiri (self fulfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi
apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas
mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat
aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari
kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan
semacam itu. Mereka mengekspresikan kebutuhan dasar kemanusiaan secara alami,
dan tidak mau ditekan oleh budaya. Dalam aktualisasi diri yang optimal
terkandung dua unsur penting yang terintegrasi yakni kepuasan diri dan kepuasan
lingkungan oleh prestasi optimal yang diraih berkat upaya keras yang bisa
membutuhkan waktu bertahun – tahun. Tentu saja, proses pencapaian aktualisasi
diri baru akan teraih bila lingkungan secara kondusif memberi kesempatan bagi
kebebasan individu untuk berlatih mengembangkan potensinya secara optimal yang
dibantu melalui proses pendidikan.
Orang yang termotivasi oleh kebutuhan harga diri atau aktualisasi diri pasti
telah terpuaskan kebutuhannya akan makanan, rasa aman, dan kasih sayang.
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan ini meliputi makanan, air, oksigen, suhu tubuh teratur, dan
sebagainya. Yang sangat penting untuk kelangsungan hidup, sehingga paling kuat
di antara kebutuhan lainnya. Inilah satu-satunya kebutuhan yang dapat dipuaskan
sedemikian rupa, sehingga seseorang dapat sangat puas, meski kebutuhan ini
muncul berulang-ulang secara ajek.
Mereka yang kelaparan, sangat sedikit peluangnya mendapatkan makanan (karena
miskin atau dalam keadaan tidak makan berhari-hari) akan didominasi kebutuhan
ini dan tidak sempat memikirkan kebutuhan lainnya. Pada orang berkecukupan, yang
mereka pikirkan bukan sekadar adanya makan, melainkan soal selera. Bila yang
kesulitan mendapatkan makanan bertanya, “Hari ini bisa makan atau tidak”, yang
berkecukupan, “Mau makan apa sekarang?”
2. Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan ini meliputi keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan,
perlindungan, bebas dari ancaman (sakit, ketakutan, kecemasan, bahaya, dan
keadaan chaos). Selain itu juga kebutuhan akan hukum, keteraturan, dan
struktur. Berbeda dengan kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini tidak dapat
terlalu dipuaskan: tidak ada orang merasa sangat aman.
Dalam situasi ketidakpastian, misalnya dalam situasi chaos saat
kondisi politik memanas, saat ada isu tsunami, dsb, kita berusaha sebanyak
mungkin memiliki jaminan, perlindungan, dan ketertiban. Pada anak-anak,
kebutuhan rasa aman ini sangat tinggi karena mereka dapat merasa terancam oleh
berbagai situasi lingkungan: ruang gelap, binatang, hukuman dari orangtua dan
guru, dsb.
Orang dewasa yang neurotik juga relatif tinggi kebutuhannya akan rasa aman. Hal
ini disebabkan ketakutan irasional yang dialaminya akibat rasa tidak aman yang
dibawa sejak masa kecil. Ia sering mengalami perasaan dan bertindak seperti
ketika ia mendapatkan situasi mengancam ketika masa kecil. Mereka menguras
energi lebih banyak daripada orang lain yang berkepribadian sehat untuk
melindungi dirinya. Hal ini dapat muncul dalam berbagai gejala.
Mereka yang sering terancam hukuman orangtua di masa kecil, lebih sering
berusaha mencari rasa aman dengan berbohong, melakukan segala sesuatu dengan
keteraturan yang berlebihan untuk menghindari celaan. Mereka yang saat kecil
merasa terhina karena kemiskinan, terpacu berlebihan untuk mengumpulkan uang
atau properti sebanyak-banyaknya. Bila usahanya kurang berhasil, mereka
menderita kecemasan neurotik yang oleh Maslow disebut basic anxiety.
Pada orang berkepribadian sehat, yang berhasil mengatasi kecemasan masa kecil,
kebutuhan rasa aman akan menguat dalam situasi khusus, seperti ketika terjadi
bencana, sakit, perang, dsb. Dalam situasi yang mengancam seperti itu kebutuhan
lain yang tingkatnya lebih tinggi kurang dirasakan
3. Kebutuhan Akan Cinta dan Rasa Memiliki
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan persahabatan, memiliki pasangan dan anak,
keanggotaan dalam keluarga, keanggotaan dalam kelompok tertentu, bertetangga,
kewarganegaraan, dsb. Termasuk di dalamnya adalah kebutuhan akan aspek-aspek
seksual dan kontak manusiawi sebagai wujud kebutuhan untuk saling memberi dan
menerima cinta.
Mereka yang tidak pernah merasakan cinta, yang tak pernah mendapat ciuman atau
pelukan, dalam jangka panjang tidak akan dapat mengekspresikan cinta. Mereka
cenderung mendevaluasi cinta, menganggapnya tidak penting.
Mereka yang hanya sedikit mendapatkan cinta, dapat menjadi sangat sensitif
terhadap penolakan dari orang lain. Mereka memiliki kebutuhan afeksi yang
tinggi: berusaha mengejar cinta dan rasa memiliki melalui berbagai cara.
Di sisi lain, mereka yang terpuaskan kebutuhan cintanya menjadi lebih percaya
diri. Bila mengalami penolakan oleh seseorang, ia tidak menjadi panik, yakin
bahwa ia mendapatkannya dari orang yang penting bagi dirinya.
4. Kebutuhan Akan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan penghargaan terhadap diri, keyakinan,
kompetensi, dan pengetahuan bahwa orang lain mendukung dengan penghargaan yang
tinggi. Menurut Maslow, kebutuhan akan penghargaan ini terdiri dari dua
tingkatan: reputasi dan harga diri (self-esteem).
Reputasi adalah persepsi mengenai gengsi (prestige) atau pengakuan
dari orang lain, sedangkan harga diri adalah perasaan seseorang bahwa dirinya
berharga. Harga diri memiliki dasar yang berbeda dari gengsi; merefleksikan
kebutuhan akan kekuatan untuk berprestasi, adekuat, penguasaan dan kompetensi
bidang tertentu, yakin dalam menghadapi dunia sekelilingnya, serta kemandirian
dan kebebasan. Dengan kata lain, harga diri bersandar pada kompetensi nyata,
bukan sekadar pandangan orang lain.
Ada sebuah canda sehubungan dengan kebutuhan sampai tahap ini: manusia
dibedakan dengan monyet dalam kebutuhan penghargaan ini. Monyet memiliki
kebutuhan sama dengan manusia hingga tingkat tiga setengah, yakni kebutuhan
akan gengsi. Namun, monyet tidak mungkin memiliki kebutuhan di atas level tiga
setengah (kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri). Jadi, bila dalam kondisi
normal seseorang masih dikejar oleh kebutuhan akan gengsi atau kebutuhan lain
di bawahnya, ia tidak berbeda dengan monyet.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini mencakup pemenuhan diri (self-fulfillment), realisasi
seluruh potensi, dan kebutuhan untuk menjadi kreatif. Mereka yang telah
mencapai level aktualisasi diri menjadi lebih manusiawi, lebih asli dalam
mengekspresikan diri, tidak terpengaruh oleh budaya.
Agak berbeda dengan perkembangan kebutuhan lain, bila kebutuhan penghargaan ini
terpenuhi, tidak secara otomatis kebutuhan meningkat ke aktualisasi diri.
Maslow menemukan bahwa mereka yang lepas dari kebutuhan penghargaan dan
mencapai kebutuhan aktualisasi diri adalah yang memberikan penghargaan tinggi
terhadap nilai-nilai kebenaran, keindahan, keadilan, dan nilai-nilai sejenis
yang oleh Maslow disebut sebagai B-values.